July 22, 2013

Tapi aku, bahagia.


Arv : setelah ku amati sekian lama. Kamu very recommended. Hohoho.
Vnd : aku? Lah kenapa?
Arv : kamu yang aku cari

Tak pernah terbesit sedikitpun akan ada seseorang yang akhirnya mengucap itu padaku

Entah terlalu cepat atau memang sudah waktunya. Malam itu, juli di hari ke limabelas. Percakapan ringan via chat, seperti biasa. Aku tak ingat persis bagaimana mulanya tapi kemudian dia berujar "Aku mau nikah sederhana. Kamu mau gak?"
 

Dheg!

Sebagai wanita normal yang jiwanya masih sedikit kekanakan, aku tahu itu bukan pertanyaan biasa. Bukan pertanyaan seperti "Besok aku mau futsal, kamu mau temenin gak?"
Bukan, bukan seperti itu.
Ini pertanyaan serius. Sangat serius. Setidaknya buatku.
Aku kemudian menimpali 

"Kamu udah yakin sama aku?"
"Kalo gak yakin, aku udah cari yang lain" 

 begitu katanya. 
Aku tersenyum simpul
Walau tahu dia takkan melihat. 
Kemudian aku diberinya sedikit rencana yang sukses melunturkan air mataku, haru. Ternyata aku berada dalam rencana masa depannya."Setahun kerja aku mau...setahun kemudian maukah kamu bersama... Tahun ketiga kita nikah...mau?" kurang lebih seperti itulah isinya. Aku terenyuh, senang.

Buatku permintaan itu lebih manis dari sekedar "Will you marry me?" 

buatku itu lebih romantis dari serangkaian bunga mawar


 atau lilin yang ditabur membentuk love di kolam renang.

Sungguh tak pernah aku meminta banyak, apalagi sampai menuntut sejauh ini. Tapi menerima kenyataan bahwa aku menjadi tujuan akhir seorang pria luar biasa bahkan hingga bisa membuatnya memintaku sedini ini. Aku tak bisa berkata kata.
 

"Mungkin masih jauh dari rencana, mungkin ini hanya sebuah wacana. Tapi aku, bahagia."

0 Comment:

Post a Comment